بسم الله الرحمن الرحيم

Aku adalah pemilik sementara yang tiada kekal melainkan yang kekal itu hanyalah Yang Maha Kekal. Seorang anak dagang yang merantau jauh dari halaman untuk mengejar impian. Tatkala kesepian mencari pedoman, tidaklah leka mengabai perintah, laksana amanah. Anak ini daif, jahil, ingin tinggalkan jauh kejahilan dan kedaifannya demi merubah takdir yang tidak tersurat.-Azry

twitter

Follow on Tweets

Dulu gune domain [dot] com

Kisah Cinta Abadi Laila Majnun

Posted in ,


Laila Majnun, sebuah kisah dari cerita rakyat arab, tentang kecantikan seorang gadis bernama Laila, yang menarik hati seorang pemuda, Qais keturunan Bani Amir. Qais yang semula pandai, gagah dan berasal dari kabilah terhormat, menjadi “majnun” atau gila, karena kasihnya yang tak sampai. Qais, yang tersiksa karena takdir yang selalu memusuhinya, sedang hasrat tak mampu ditundukan hatinya, menjadikan dia lupa akan hakikat hidupnya sendiri. Walau kegilaan yang dialaminya mengilhami tutur bahasa sastra yang indah, dan ketulusan jiwa dalam derita cinta, tetap saja sebutan “majnun” tak dapat ditepisnya. Kisah tentang Qais dan Laila yang hidup di suatu negeri wilayah tanah Arab.

Qais yang berwajah tampan dan Laila yang terkenal akan kecantikannya, yang menjadi dambaan setiap laki-laki. Akhirnya cinta mereka kandas karena adat melarang mereka untuk mengekspresikan gelora cintanya. Maka, tumpah ruahlah segala rasa rindu dan cinta dalam bentuk syair dan puisi yang mengalir menentang takdir mereka. Suatu ketika Qais memutuskan ikut berniaga ke negeri lain bersama ayahnya agar kelak ia memiliki bekal pengetahuan sendiri tentang perniagaan. Ketika mengucapkan selamat tinggal kepada Laila, Qais memberikan seuntai kalung mutiara sebagai tanda kesetiaannya. Qais minta Laila berjanji untuk melepaskan sebuah mutiara dari untaiannya apabila waktu sudah menunjukkan bulan baru. Ia pun berjanji akan kembali sebelum untaian mutiara habis. Meskipun sangat sedih, Laila merelakan kekasihnya pergi mencari pengalaman. Sepeninggal Qais, Laila hanya bermenung diri dan menciptakan syair sebagai pelambang rindu.

Suatu hari, ayah Laila, Al-Mahdi, pulang ke rumah bersama seorang tamu bernama Sa’d bin Munif, yang diajak menginap. Tamu itu seorang saudagar kaya raya yang berasal dari Iraq. Ketika berjumpa Laila, Sa’d bin Munif langsung jatuh cinta dan melamar Laila kepada ayahnya. Tanpa sepengetahuan Laila, Al-Mahdi menerima lamaran tersebut karena tergiur oleh mas kawin 1.000 dinar dan harta kekayaan Sa’d bin Munif. Laila tak berdaya melawan perintah ayahnya karena adat memang menyatakan bahwa laki-laki berkuasa atas perempuan. Sementara itu, Qais yang telah memasuki bulan ke-9 ikut berniaga ke negeri-negeri seperti Damsjik, Jerusalem, Hims, Halab, Anthakijah, Irak, Koefah, hingga Basrah tidak dapat lagi menahan rindunya terhadap Laila. Wajahnya tampak muram dan badannya semakin kurus. Ayah Qais melihat kesedihan anaknya dan menanyakan ada apakah gerangan yang telah mengganggu pikirannya. Akhirnya Qais berterus terang tentang kisah cintanya dengan Laila.

 Demi mendengar penuturan anaknya, Al-Mulawwah memutuskan segera kembali ke kampung halamannya dan berjanji akan melamar Laila untuk Qais. Ketika sampai kampung halaman, Al-Mulawwah bergegas menemui ayah Laila dan menawarkan 100 unta sebagai pengganti wang 1.000 dinar yang telah diberikan Sa’d bin Munif. Akan tetapi, dengan sombongnya, ayah Laila menolak lamaran Al-Mulawwah. Tak berapa lama kemudian, pesta perkawinan Laila dan Sa’d bin Munif diselenggarakan secara besar-besaran. Maka, hancur luluhlah hati Qais. Tak ada satu ubat pun yang dapat menyembuhkan sakitnya ini, meskipun orang tuanya telah membawa banyak tabib ternama untuk merawatnya. Sejak itu Qais tidak mau berbicara kepada orang lain, ia sibuk dengan dirinya sendiri dan sering kali terlihat berbicara sendiri. Kerana perilaku aneh inilah orang sekampungnya memanggil Qais dengan "Majnun", yang bererti "GILA". Akan halnya Laila, meskipun kini telah menjadi istri Sa’d bin Munif, ia tetap mencintai Qais.

Sehinggakan ada suatu ketika bila mana Laila mengarahkan pengawal istana untuk mencari Qais dan mengirimkan makanan yang lazat, apabila pengawal laila tiba di tengah-tengah kota lalu menyeru "Wahai sekalian rakyat, siapakan yang bernama Qais??? ada kiriman dari piteri Laila

Menurut Laila, secara luaran ia boleh menjadi istri Sa’d bin Munif, tetapi jiwanya tetap untuk Qais. Dalam ungkapannya, di dunia Qais dan Laila bukanlah pasangan suami istri, tetapi di akhirat mereka menjadi pasangan abadi. Karena tak kuat menanggung penderitaan cinta ini, Laila sakit dan selalu memanggil nama Qais. Akhirnya Qais pun dipanggil untuk menemui Laila. Ketika mereka bertemu, Laila memberi pesan terakhir bahwa mereka akan bertemu nanti di akhirat sebagai sepasang kekasih. Demi melihat kekasihnya meninggal, putus asalah Qais. Tak ada lagi keinginannya untuk hidup. Sehari- hari kerjanya hanya duduk di pusara Laila hingga akhirnya Qais meninggal. Maka, jasad Qais pun dibaringkan di samping pusara Laila. Kira-kira 10 tahun kemudian, beberapa musafir menziarahi kubur mereka berdua. Di atas kedua pusara itu telah tumbuh dua rumpun bambu yang pucuknya saling berpelukan. Maka, masyhurlah kisah ini sebagai kisah Laila-Majnun.


Laila Majnun hanyalah sebuah kisah cinta sepasang manusia biasa, yang mungkin antara kita pernah & akan lalui.
Cerita ini dikarang oleh para ulama sebagai Kiasan bahawa cinta yang agung itu adalah Cinta pada Allah....watak Qais bererti Kias...atau balaghah...
Menjadi fitrah manusia yang suka akan keindahan......
Adalah tidak perlu untuk kita mengagungkan perjuangan cintanya kerana perkara itu sama saja seperti untuk melawan ketentuan takdir Allah...
Cint adalah penyuluh kehidupan yang menjadikan perjalanan hidup manusia itu indah
Cinta juga bukanlah tujuan matlamat utama Allah ciptakan manusia di dunia & bukanlah juga penamat perjuangan di alam fana
Cinta hanyalah kenderaan untuk meraih kebahagiaan sejati, Iaitu Keredhaan Alah untuk mendapatkan syurga yang luasnya seluas langit & bumi......


Comments (1)

Menarik cerita ni..

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails